Scuderia Ferrari

TorakID- Pada 10 Maret adalah tanggal peluncuran mobil SF21. Mobil ini merupakan mobil terakhir yang diluncurkan oleh tim terakhir yang berlaga di F1 yakni Ferrari. Berkaca dari tahun lalu, kesialan yang dilakukan oleh Mattia Binotto sebagai prinsipal dan tidak bagusnya mesin mobil ketika dipakai balapan merupakan momok mengerikan ketika
menggunakan SF1000. Akibat status legalitas mesin mobil 2019 yang dicabut karena peforma diluar batas mesin 064 membuat Ferrari harus kehilangan peforma aslinya dan dicap sebagai mesin “traktor” karena dinilai pelan.

Sejatinya banyak hal yang dibenahi pada SF21, versi modifikasi dari SF1000. “Saya pikir tahun lalu permasalahan utamanya ada pada kecepatan trek lurus. Bukan hanya tenaga, tapi tenaga dan ‘drag’. Kami telah bekerja keras pada mesin dan aerodinamika untuk mengurangi ‘drag’ pada mobil. “Dan berdasarkan simulasi kami, berdasarkan apa yang kami lihat dalam hal tenaga keluaran dari tes dyno dan ‘drag’ mobil dari ‘wind tunnel’, saya pikir kami telah mengembalikan cukup banyak kecepatan di trek lurus. Jadi, saya berharap kecepatan tidak akan menjadi masalah seperti sebelumnya,” ucap Binotto melansir RaceFans.


Mobil ini diklaim akan menjadi “penebusan dosa” setelah kegagalan mereka meraih posisi 5 besar (posisi 6 klasemen konstruktor) sekaligus cacatnya peforma Charles Leclerc akibat meraih posisi kedelapan klasemen pebalap dan pindahnya Sebastian Vettel setelah 6 tahun mengabdi sejak 2015 berakhir buruk dengan meraih posisi jauh lebih buruk
yakni ke-13. SF21 diklaim memiliki mesin yang jauh lebih baik dari SF1000. Selain itu, Ferrari memperbaiki bagian belakang mobil yang juga dikenal menjadi titik lemah SF1000.

Vettel yang pernah meraih posisi kedua di 2017-2018, menjalani mimpi buruknya dengan mobil terpelan di kubu kuda jingkrak ini dan meraih 33 poin saja di musim lalu. Peforma buruknya menyebabkan pebalap yang meraih 4 kali juara dunia ini pindah ke Aston Martin dan Ferrari memutuskan untuk merekrut Carlos Sainz dari Mclaren. Menjalani 2 musim terbaiknya di Mclaren dengan posisi keenam di 2019-2020 adalah catatan positifnya sejak turun di ajang jet darat pada 2015 bersama Scuderia Toro Rosso (2015-2016) dan Renault (2017-2018).

“Bagi saya, membalap untuk Ferrari pada usia 26 tahun adalah sesuatu yang selalu saya perjuangkan. Hari pertama saya di Ferrari adalah sesuatu yang tidak akan saya lupakan. Itu akan saya ingat bahkan sampai saya berusia 80 atau 90 tahun. “Dalam lima tahun, saya ingin menjadi juara dunia dan saya percaya bahwa Ferrari adalah tim yang tepat untuk mewujudkannya. Saya percaya bahwa saya berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat, dan kami hanya butuh waktu sedikit untuk mencoba mewujudkan itu,” ucap Sainz melansir SoyMotor.

Tujuan anak dari pereli juara dunia reli 1990 dan 1992 yang bernama sama ini adalah menjadi juara dunia bersama tim impiannya meski mobil mereka dicap menjadi yang terpelan sepanjang 2020. Ia dengan Leclerc akan mencari titik kelemahan dari Ferrari sekaligus membawa tim asal Maranello, Italia ini kembali ke peforma sebenarnya. “Bagi saya, itu adalah kombinasi dari saling menghormati dan daya saing. Bagi saya, akan sangat sulit untuk mengalahkan Charles tahun ini karena saya tidak tahu timnya atau mobilnya. Tapi, saya selalu harus memberikan segalanya dan saya akan mencoba kalahkan Charles. Saya rasa sesuatu yang lebih penting adalah membantu Ferrari maju bersama daripada duel kami,” ucapnya. Semoga SF21 bisa membawa kembali ke peforma Scuderia Ferrari sebenarnya yakni posisi 5 besar seperti sediakala sekaligus kembali ke persaingan jawara juara dunia konstruktor seperti 2019 lalu ketika memakai SF90.